Dalam beberapa dekade terakhir, kita telah melihat betapa pentingnya teknologi dalam mengubah operasional bisnis. Disrupsi teknologi dalam bisnis dapat berarti kemajuan skala bisnis ataupun kerugian, tergantung pada persepsi pengusaha bagaimana menanggapinya.

Teknologi semakin canggih dan termutakhir seiring berkembangnya zaman, semenjak adanya pandemi COVID-19, penggunaan teknologi meningkat tajam, dan saat ini mulai banyak orang yang nyaman menggunakan teknologi dalam menjalankan bisnis dan memudahkan bisnis bagi mereka.

Bagaimana tidak, teknologi terutama AI (artificial intelligence) telah banyak memangkas biaya operasional dan biaya manajemen sumber daya dalam banyak korporat besar hingga lebih dari 50%. Hal ini tentu berdampak pada restrukturisasi perusahaan yang mengakibatkan banyaknya orang terkena PHK atau pemutusan hubungan kerja. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dari itu di sini min Ribrick akan membagikan rangkaian banyak perspektif mengenai penggunaan teknologi dalam sebuah bisnis.

Ikuti Arus Ombak Disrupsi Teknologi (Emiliano Arano/Pexels)

Yang pertama adalah tentang model bisnis, berdasarkan riset min Ribrick, telah ditemukan bahwa hampir semua model bisnis saat ini justru sangat terkait pada penggunaan teknologi. Sejak dimulainya revolusi industri dan penemuan mesin uap, mulai banyak pabrik yang beralih menggunakan mesin uap karena lebih efisien daripada harus membayar sejumlah karyawan, untuk outputnya menggunakan teknologi bisa jauh lebih tinggi. Apalagi pada saat ini sedang gencarnya pemerintah seluruh dunia untuk mengembangkan infrastruktur digital mereka dalam rangka mendukung industri untuk maju pada revolusi industri 4.0.

Semua model bisnis dapat diaplikasikan dengan teknologi rupanya, bahkan pertambangan saja saat ini sudah bisa menghasilkan output yang lebih banyak walaupun dengan sumber daya yang terbatas. Tidak heran bahwa semenjak adanya teknologi, ekonomi di seluruh dunia juga semakin meningkat. Tidak bisa dipungkiri juga bahwa pengurangan tenaga kerja dan talenta berbakat adalah suatu kebijakan yang harus diambil karyawan.

Yang kedua mengenai efektivitas penggunaan teknologi dalam banyak industri dan bidang. Kenyataan yang terjadi adalah teknologi mulai masif digunakan pada awal 2020 hingga saat ini 2022. Ke depannya mungkin jumlah penggunaan teknologi akan semakin meningkat lagi. Makin banyak bidang-bidang yang mulai go digital. Mulai dari aplikasi pemesanan transportasi, aplikasi pemesan makanan, aplikasi titip barang, aplikasi jasa panggilan. Semua bisnis berlomba-lomba dan berkompetisi memenangkan pangsa pasar yang luas.

Efektivitas Teknologi dalam Menunjang Operasional Perusahaan

Kita semua telah mengetahui betapa pentingnya teknologi dalam kehidupan, bahkan saat ini pun kamu menggunakan besutan teknologi canggih yang dinamakan smartphone ataupun komputer. Manusia tidak dapat abai terhadap teknologi, karena di dunia yang dinamis dengan banyaknya perubahan signifikan dari berbagai macam sektor, tentu sebuah bisnis harus dapat bertahan dengan cara beradaptasi. Sesuai dengan judul artikel ini, perusahaan yang mampu menerjang ombak dan mengikuti aruslah yang akan memenangkan pertandingan teknologi bisnis.

Min Ribrick kasih contoh di sini adalah perusahaan handphone global yang terkenal waktu masa-masa kecil, yaitu Nokia. Nokia dikenal sebagai handphone yang tahan banting dan handphone yang sangat canggih kala itu. Tetapi keputusan internal dari para pemimpin Nokia hampir membuat Nokia berada di ambang kebangkrutan sebelum akhirnya diakuisisi oleh Microsoft, perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat. Itu semua disebabkan oleh Nokia yang acuh terhadap disrupsi teknologi yang terbarukan, misalnya smartphone. Nokia sangat enggan memasarkan ataupun melakukan riset produk yang mengarah pada smartphone sehingga berakhir pada bisnis yang semakin merosot.

Dilaporkan juga bahwasanya keberadaan teknologi penunjang bisnis dapat memaksimalkan output. Jika misalnya pada industri sumber daya manusia satu orang dapat mengelola 50 karyawan dan puluhan klien. Dengan adanya teknologi, angka tersebut dapat meningkat drastis hingga ratusan karyawan dan ratusan klien. Artinya, skala bisnis meningkat tajam.

Teknologi Bekerja dari Mana Saja (Remote Working)

Pada masa sebelum COVID-19, kebijakan bekerja dari rumah (WFH) itu dinilai sebagai suatu kebanggaan dan hanya untuk posisi eksekutif level-C atau lebih tinggi lagi. Tapi, semenjak adanya pandemi, kebijakan ini berlaku untuk semuanya karena untuk meminimalisir kontak langsung dan terkena virus, maka dari itu banyak terutama korporasi besar menginkorporasikan sistem kerja dari rumah.

Dari penelitian terbaru Stanford University ditemukan bahwa terdapat peningkatan produktivitas pada orang-orang yang bekerja dari rumah, dibandingkan bekerja dari kantor. Ditemukan juga bahwa sistem ini membantu mengurangi jumlah cuti karyawan dan jumlah izin. Jadi memang secara keseluruhan meningkatkan produktivitas dan jika dilihat dalam kacamata pebisnis, hal ini merupakan hal bagus dalam rangka mengembangkan bisnis dan mengekspansi perusahaan menjadi jauh lebih besar dengan kesejahteraan karyawan dan produktivitas yang telah mereka bangun.

Teknologi dan PHK: Haruskah Perusahaan Restrukturisasi?

Jika dinilai perlu, maka perusahaan dapat kapan saja menetapkan kebijakan untuk memutus hubungan kerja karyawan-karyawan yang tidak lagi dibutuhkan. Misalnya saja, terdapat perubahan masif pada revolusi industri pertama hingga keempat, mulai dari operator mesin yang tadinya berjumlah banyak hingga sekarang karena semakin efektif teknologi mesin tersebut, operator mesinnya pun semakin dikit.

Karyawan banyak yang hilang pekerjaannya karena teknologi yang semakin canggih. Bidang pekerjaan lainnya yang mungkin akan hilang adalah driver, dengan adanya teknologi mobil tanpa pengemudi, tentu dapat mengurangi sumber daya manusia yang terlibat dan menguntungkan perusahaan lebih banyak karena teknologi biaya upfront saja yang mahal, untuk pemeliharaan harganya akan terjangkau. Berangkat dari argumentasi inilah yang menyebabkan banyak perusahaan ingin segera menggunakan teknologi automasi sepenuhnya, dan tentu saja di masa depan akan semakin banyak bidang yang diambil oleh teknologi dan membuat manusia tanpa pekerjaan.

Inilah zamannya manusia perlu adaptif. Saat ini memang banyak sekali dibahas pada forum ekonomika dan bisnis bahwa keberadaan teknologi akan menyulitkan manusia. Mulai dari teknologi AI dan robot. Apa yang harus dilakukan? Jawabannya adalah memperlambat akselerasi teknologi yang terlalu cepat. Inovasi memang bagus tapi kalau terlalu cepat, manusia juga akan sulit beradaptasi.

Memang manusia tidak dapat dipisahkan dengan teknologi, bahkan teknologi pun harus ada pemeliharaannya juga yaitu dari sisi manusia. Tetapi, akselerasi inovasi teknologi yang terlalu cepat akan membuat banyak orang tua generasi baby boomer ataupun milenial kehilangan pekerjaannya di masa yang akan datang.

Kalau banyaknya manusia yang menganggur, dampaknya juga besar ke ekonomi. Ingat bahwa ekonomi seluruh dunia ini itu berasal dari pemain-pemainnya. Mulai dari produsen, konsumen, distributor, dan lini lainnya. Orang-orang yang tidak memiliki uang tentu tidak akan produktif dalam menghasilkan perkembangan ekonomi. Jadi, kamu harus tahu betul bahwa inovasi yang terlalu cepat juga akan berimbas pada kemerosotan ekonomi.

Mengembangkan Operasional Harian Bisnis

Banyak sekali peluang yang didapatkan dari menggunakan teknologi dalam bisnis, di antaranya adalah:

  • Semakin mudah mengelola kinerja finansial perusahaan dan bisnis
  • Mudah untuk mengelola proyek yang ada dengan bantuan banyak software product management.
  • Untuk gerai restoran juga semakin mudah mengelola cabang dengan menggunakan aplikasi teknologi, mulai dari ePOS, inventorial, dan alat operasional lainnya
  • Pasar digital semakin luas dan mudah melakukan setup bisnis.

Dengan menggunakan teknologi, artinya kamu membuat sebuah bisnis berjalan lebih efisien.