Mari kita menghadapi kenyataan bahwa sekarang ini pola pergerakan konsumen ataupun klien telah berubah. Apalagi dengan semakin berkembangnya infrastruktur teknologi tentu memberikan lebih banyak kesempatan bagi bisnis kamu bersinar, tapi kamu belum menemukan jalan agar bagaimana caranya produk atau jasa yang kamu tawarkan itu terjual dengan banyak atau terjual sedikit tetapi nilai projectnya tinggi (volume based and value based).

(Andrea Piacquadio/Pexels)

Min Ribrick sudah merangkum dan mengumpulkan ragam alasan mengapa bisnis kamu sulit terjual. Yang pertama adalah teknik pemasaran tidak tertarget, kedua kurangnya interaksi dengan konsumen atau klien, ketiga target pasar kamu adalah orang-orang yang tidak sesuai niche, keempat itu kamu belum membangun pondasi bangunan yang baik untuk brand atau bisnis kamu sehingga belum ada trust dari segi konsumen atau klien.

Para pengusaha sangat aware terhadap problematika serius seperti ini, bahkan korporasi besar saja sampai mengandalkan jasa konsultan profesional di bidang pengembangan bisnis dan operasional. Tentu kalau jasa konsultan saja bisa ‘makan’ dari model bisnis ini, maka tidak heran bahwa banyak sekali bisnis yang mengalami persoalan sulitnya menjual barang dan jasa ke klien, atau sudah bisa menjual namun tidak sesuai harapan atau target tahunan. Hal seperti ini membuat kamu sebagai pengusaha pastinya bingung, karena bisnis ingin berkembang tapi penjualan surut atau macet, padahal banyak cara telah dilakukan.

Untuk mengkonsolidasi terkait hal tersebut, maka ada baiknya melakukan refleksi kultur bisnis. Langkah utama adalah memahami niche konsumen dengan baik. Ini sangat penting banget buat bisnis B2B maupun B2C. Mari kita analogikan seperti berikut: kamu ingin menjual barang berupa produk kosmetik dan kecantikan high-end, tapi kamu malah memilih untuk memasarkan ke target konsumen generasi muda yang konsumtif dan “tidak punya uang.” Konsep ini tentu saja dalam artian bahwa anak muda yang konsumtif itu kamu anggap mampu untuk membeli produk kamu, beberapa mungkin iya, tapi tidak perlu generalisir. Tapi kamu juga dilema, karena biasanya pasar ‘orang tua’ atau orang yang berumur dewasa itu cenderung stagnan dan tidak produktif, sehingga memasarkan produk kecantikan high-end rasanya akan buang-buang waktu.

Inilah banyaknya kesalahan bisnis dalam menentukan niche target. Pahami dulu kultur perusahaan kamu, fokusnya jangan hanya mencetak closing, tapi juga harus pandai dalam megintegrasikan teknik pemasaran atau marketing yang bisa menargetkan pada orang-orang sesuai, niche product adalah blok fundamental yang harus kamu jadikan kitab suci ketika melakukan pemasaran.

Gunakan data-data umum yang biasanya tersedia secara gratis seperti demografi, almamater, dll., kalau mau data spesifik biasanya harus bayar, tapi kalau kamu entah itu pengusaha atau tenaga pemasar di suatu perusahaan mempunyai uang lebih untuk menganalisa data agar pemasaran jauh tertarget, boleh menggunakan data berbayar dari banyaknya penyedia layanan konsultansi bisnis.

Nah, mengenai poin kedua ini sangat penting. Orang-orang itu suka lupa dengan konsumennya atau kliennya. Kenapa bisa dibilang begitu? Orang-orang dari product management pasti bakal tahu nih istilah yang namanya product lifecycle, walaupun namanya produk tapi jasa juga bisa termasuk lho!

Intinya istilah tersebut dapat didefinisikan sebagai rentang waktu kapan masa pakai produk atau jasamu bakalan berakhir dan kapan orang akan MEMBELI kembali. Pada proses mencari retensi konsumen inilah diperkukan yang namanya pendekatan proaktif kepada klien atau konsumen, mulai dari peremajaan diskon, layanan dengan fitur tambahan, kuisioner berhadiah, dan lain sebagainya. Ragam metode sih kalau untuk ini, intinya mendekati konsumen itu suatu kewajiban.

Kita tidak pernah tahu kapan konsumen atau klien akan membelot dan memutuskan untuk tidak menggunakan jasa atau produk kita lagi, ketika hal itu terjadi, bisa saja bisnis kamu mengalami kemerosotan omset. Kalau saja dilakukan pendekatan dari awal pastinya potensi retensi itu akan jauh lebih besar.

Min Ribrick rasanya sudah menjelaskan tiga poin penting alasan tidak terjualnya produk atau bisnis kamu, yang terakhir ini merupakan prioritas utama ya guys. Sebagai pengusaha, brand marketer, content srtategist, dan semua lini pekerjaan yang berkaitan dengan membangun brand awareness kepada orang-orang tentu saja menjadi momok yang dirasa cukup menantang dalam hal meningkatkan performa brand.

Branding adalah strategi dan kunci utama dalam meraih kesuksesan suatu bisnis, dan bisa juga sebagai penentu niche target market kamu. Misalnya saja Dior, Gucci, Louis Vitton, dan merk mode ternama di dunia lainnya itu mereka selalu saja terjual produknya padahal harganya sangat mahal, bahkan profit mereka itu melebihi model bisnis serupa namun dengan tujuan volume-based artinya harga lebih murah. Ini penting banget karena strategi branding bisa dicontoh banget dari brand-brand terkemuka tersebut. Cara membangunnya bagiamana? Simak artikel Ribrick Tech selanjutnya ya sob.