Sebagian orang mempunyai mimpi untuk bisa pensiun dini atau bisa mapan secara finansial dan mental di usia muda. Tidak sedikit juga orang-orang yang sudah bisa melakukan ini dan itu serta mempunyai uang yang banyak, baik itu hasil dari warisan orang tua maupun hasil kerja keras sendiri.
Namun, biasanya ketika berbicara mengenai kebebasan finansial, lekat halnya dengan investasi. Banyak ahli ekonomi juga menyarankan demikian, sebenarnya apa sih itu investasi?
Pada dasarnya, investasi keuangan adalah memberikan sejumlah uang dengan harapan mendapatkan return atau imbalan dalam bentuk uang/dividen, lembar saham, aset, dan lainnya. Sehingga uangnya dapat tumbuh berkembang dan nilainya tidak akan tergerus oleh zaman.
Berbeda halnya dengan menabung di celengan atau menyimpan uang kertas di dompet. Karena adanya inflasi tentu berdampak besar bagi mata uang, kalau menyimpan uang kertas atau apapun itu ke bentuk fisiknya, nilai dan daya beli mata uang tersebut lama-kelamana akan menurun seiring berkembangnya zaman dan meningkatnya inflasi. Oleh karena itulah lebih baik apabila ada uang lebih, uang tersebut diinvestasikan atau ditabung untuk diversifikasi portofolio.
Investasi ke sektor keuangan ini ada banyak macamnya, ada yang investasi properti, investasi reksadana, surat berharga negara (SBN), saham, kripto, dan investasi ke dalam portofolio efek.
Masing-masing investasi tersebut tentu saja menawarkan return yang berbeda-beda. Tapi, pokok pembahasan kita kali ini adalah tentang saham dan juga kripto yang merupakan dua aset investasi paling hot alias paling digemari masyarakat karena digadang-gadang dapat memberikan imbalan paling tinggi. Ada yang sampai cuan 1000x lipat dari kripto, ada yang cuan 100x lipat dari saham, ada yang jadi kaya karena investasi di saham dan kripto.
Yang jelas, investasi ke sektor keuangan tentu tidak akan merugikan apabila dilakukan secara hati-hati, memilih perusahaan yang jelas keuangannya dan bisa divalidasi. Banyak orang merasa kalap karena merasa sudah bisa untung lumayan dari saham maupun kripto sehingga mereka investasi lebih banyak tanpa melihat sentimen pasar. Jadi, ketika sentimen pasar sedang buruk dan dilanda dengan berita negatif, aset-aset saham serta kripto akan turun tajam juga.
Karena dua investasi ini bergantung sekali pada berita baik dan buruknya yang sedang beredar di dunia. Mungkin kamu juga menyadarinya, seperti misal, pada saat orang-orang terkena COVID-19, kemudian momen-momen pada saat vaksin ramai dilakukan pada masyarakat di seluruh dunia. Sentimen negatif akan membawa harga pasar menjadi turun, sementara sentimen positif belum tentu bisa membawa naik sebuah emiten saham, tetapi, analisis ini bakalan berarti untuk menentukan arah ataupun tujuan emiten tersebut.
Memilih emiten yang jelas tentu saja tidak mudah. Lalu ada lagi pertanyaan yang menghantui investor ritel pemula, “bagaimana jika kita diversifikasi aset ke banyak emiten sehingga apabila harga sahamnya ada yang naik dan ada yang turun, kita tidak akan terlalu rugi.”
Bisa saja sebenarnya dilakukan, tapi yang jadi permasalahan adalah menghitung dari ROI kalau mau punya uang miliaran lebih, bukan seperti itu caranya, apalagi kalau masih bingung cari emiten mana yang baik. Pakar musiman saja masih banyak yang merhatikan news dan grafik harga, artinya mereka sendiri sangat teliti dan hati-hati pada portofolio investasinya. Baiknya, cari saja satu atau dua emiten dan fokus alihkan dana kamu ke situ, simpan, pakai uang dingin dan jangan dijual, tetap hold.
Pilih Saham atau Crypto?
Ini perspektif pribadi min Ribrick tetapi, crypto itu risikonya lebih tinggi dibandingkan saham. Salah satu alasan yang mendasari adalah karena crypto tidak ada regulasinya di Indonesia, apalagi emiten-emiten crypto itu mayoritas tidak diketahui dengan baik asal-usul pembuatnya. Ada banyak kasus scamming di dunia crypto, banyak uang yang raib dicuri oleh pengembangan koin ataupun token crypto.
Memang balik lagi sih kepada tipikal investor seperti apa kamu. Crypto dengan risiko yang tinggi dapat menawarkan return yang tinggi juga. Alasannya adalah karena crypto ini bersifat open market atau pasar terbuka bebas bagi seluruh warga negara, tidak ada kebijakan kontrol penuh, semua orang bebas untuk melakukan trading pada waktu kapan saja dan menentukan harga berdasarkan permintaan pasar.
Crypto menawarkan suatu infrastruktur perdagangan investasi yang adil, karena bersifat terbuka dan tidak ada yang mengontrol, tapi justru karena itulah banyak celah yang dapat dimanfaatkan oleh penipu untuk menguras uang-uang yang ada di dalam dompet crypto atau banyaknya whale alias bandar yang bisa seenaknya memainkan harga pasar.
Kalau di dunia saham, sudah jelas regulasinya, perdagangan saham pun hanya dilakukan pada jam-jam tertentu saja, dan terdapat penetapan ambang batas yaitu ARB dan ARA. Jadi, seorang bandar tidak dapat seenaknya memainkan harga pasar. Dengan regulasi yang begitu banyak diatur oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dimonitor oleh beberapa lembaga keuangan, tentu saja saham memberikan opsi “keamanan” jadi, minimal asetmu apabila jatuh tidak terlalu dalam.
Tetap saja sih saham itu masuk kategori investasi yang berisiko tinggi walaupun banyak regulasinya. Karena, saham berkaitan dengan kinerja sebuah perusahaan, apabila perusahaan tersebut dikelola oleh orang yang tidak benar, maka hancurlah harga sahamnya, bahkan bisa bangkrut pula perusahaannya. Opsi amannya kamu bisa investasikan hanya ke emiten-emiten besar seperti BBCA, WIKA, dan lain-lainnya, nama mereka sudah sangat besar dan hampir mustahil untuk bangkrut.
Risiko tinggi akan kehilangan aset tentu saja menjadi momok yang menakutkan, apalagi dua-duanya baik itu saham maupun kripto ini high risk high return. Lebih jelasnya, crypto menawarkan return lebih tinggi karena volatilitasnya yang tinggi dan merambah ke pasar global. Tetapi, dana kamu lebih aman diinvestasikan ke saham karena terdapat regulasi, bisa mendapatkan dividen, dan dapat memiliki sebagian porsi sebuah perusahaan ternama.
Koin crypto yang dapat min Ribrick rekomendasikan saat ini hanyalah Ethereum (ETH), volatilitasnya memang tinggi imbas dari ketidakstabilan geopolitik, kenaikan harga bahan pangan, dan segudang masalah dunia lainnya. Tetapi ETH tidak pernah menembus batas akhir resistansi terbawah dalam dua sejarah tertingginya Bisa saja kamu investasikan ke BTC namun saat ini banyak bandar mengincar BTC, sehingga kalau mau investasi harus melihat jangka panjang dan mengetahui kapan harus exit. Kalau untuk ETH, produk dan validitas fungsinya sudah dapat dipercaya, harganya pun tidak semahal BTC yang sudah mencapai ratusan juta rupiah per keping koinnya.