Salah satu hal yang sering menghantui orang untuk memulai usaha adalah rasa takut. Ini bukan hanya menghantui calon pengusaha saja, tetapi juga seluruh umat manusia. Tidak seorangpun di dunia ini yang kebal terhadap rasa takut, yang konon diwariskan dari nenek moyang kita. Apakah ia menjabat sebagai Presiden, Wakil Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati, Camat, pengusaha, petinju atau dukun yang memiliki kekuatan-kekuatan gaib sekalipun- ia tidak kebal terhadap penyakit ini.
Namun, ini tidak berarti kamu dan saya jadi bersikap pesemis. Bila kamu dihantui rasa ini- kamu lebih baik tidak berpikir untuk berbisnis. kamu cari yang aman saja. kamu pilih saja menjadi karyawan sepanjang hidup kamu. kamu lebih baik memilih zona nyaman dalam hidup kamu dengan segala risiko di kemudian hari. Toh, suatu saat kamu yang tidak berani dan yang berani menghadapi ketakutan sama-sama berujung di kuburan juga.
Namun, ada bedanya antara yang tidak mau didikte oleh rasa takut dengan yang dipenjara oleh rasa takut. Bagi yang tidak mau ambil resiko oleh karena rasa takut- ia akan kehilangan kesempatan menikmati hidup yang penuh dengan pergulatan dan perjuangan; sedangkan mereka yang berani menghadapi rasa takut sadar ada resiko, tetapi menerima pkamungan bahwa segala sesuatu ada dalam tangan kuasa Tuhan Yang Maha Kuasa.
Gentar Menghadapi Ketakutan
Kalau kamu memahami makna dari slogan Wakil Gubernur Ahok-“Hidup hanya sekali, mengapa takut mati?- kamu tidak takut memulai bisbis. Banyak yang takut memulai usaha karena takut tidak sukses; mereka takut tidak mendapat untung. Orang-orang demikian telah menetapkan dirinya untuk gagal. Sedangkan yang menyadari adanya kemungkinan gagal berusaha menyingkirkan hal-hal yang membuat gagal. Mungkin, ia akan memulai dari dirinya sendiri. Ia mau belajar banyak hal- mulai dari memurnikan tujuan berbisnis dan segala tetek bengek administrasi menjalankan usaha.
Menghadapi Rasa Takut dan Menerimanya
Pertama, kamu menerima bahwa penyakit rasa takut sudah merupakan penyakit semua orang. Tidak ada yang kebal seperti yang sudah saya paparkan di atas. Mulai dari Adam sampai kamu- ini merupakan penyakit keturunan dan tidak ada obat yang bisa diberikan manusia untuk menyingkirkan ini dari diri kamu. Takut tidak bisa makan, takut akan kegagalan, rasa takut akan selalu ada dalam setiap diri manusia.
Kedua, kamu harus sadar bahwa hidup kamu tidak semata-mata di tangan kamu. Bila kamu mulai berusaha, belum tentu kamu akan gagal. Tidak juga kamu otomatis akan berhasil sekalipun sudah bekerja keras. Yang bisa kamu catat adalah bahwa kamu bukan penentu final untuk berhasil; Tuhan Yang Maha Kuasalah yang menentukan berhasil tidaknya kamu dalam berusaha. kamu hanya harus berusaha dengan sunguh-sungguh berbisnis, sebaik mungkin memperbaiki hal-hal yang perlu diperbaiki dan mau belajar dari kegagalan orang untuk berhasil.
Jangan Pernah Kamu Arahkan Pikiran Kamu untuk Gagal dalam Bisnis
Ketiga, jangan kamu tentukan pikiran kamu untuk gagal. Sekalipun terbuka kemungkinan usaha kamu gagal suatu saat atau tidak menunjukkan tkamu-tkamu berhasil, kamu jangan memilih untuk gagal. Terimalah bahwa kegagalan merupakan sebuah proses yang harus dilalui. Bisa saja ini karena kamu belum matang dalam seluruh proses usaha-usaha kamu. Dengan kata lain, setiap kamu gagal, kamu bangkit lagi dari kegagalan kamu.
Keempat, kamu lakukan sesuatu untuk membuat kamu lebih baik. Jangan kamu terbelenggu oleh pesimisme atau kamu dibayang-bayangi oleh kegagalan kamu yang di masa lalu atau kegagalan orang lain yang sudah mencoba. Jalan hidup orang berbeda-beda dan tidak ada pengalaman hidup yang sama bagi dua orang yang berbeda. Oleh sebab itu, kerjakanlah sesuatu untuk membuat usaha kamu terus maju sekalipun pergerakan usaha kamu kelihatan sangat lambat.
Kelima, kamu buat tekad untuk tidak mau didikte oleh ketakutan. Berpikirlah optimis bahwa hidup bukan hanya kegagalan. Di balik awan yang gelap, ada langit yang cerah. Jadi, ada potensi bagi kamu untuk menikmati hasil usaha yang kamu lakukan dengan sungguh-sungguh apalagi kalau usaha kamu punya motif yang murni dan jujur.