Satu-satunya elemen yang dapat memicu pertumbuhan ekonomi secara signifikan bukanlah gas alam, material besi langka, apalagi NFT. Elemen tersebut adalah atensi atau perhatian. Rata-rata orang Amerika Serikat mengkonsumsi media 11 jam per harinya. Hal tersebut berarti lebih dari separuh jam bangunnya dipakai untuk menggunakan media. Dan sekitar 40% di antaranya menggunakan smartphone. Semakin banyak perhatian, semakin banyak data, semakin banyak uang yang dapat diekstrak oleh perusahaan-perusahaan teknologi raksasa.
Pemain besar yang sukses menjadi senjata dari distraksi massal adalah Meta. Meta sebagai perusahaan bernilai lebih dari setengah triliun dolar AS atau mencapai hingga 7000 triliun rupiah mempunyai fokus utama bisnis mereka yaitu membuat orang tidak fokus dan buang-buang waktu di aplikasi besutannya, Facebook, Instagram, WhatsApp, dll. 98% pendapatan perusahaan berasal dari iklan sehingga tidak heran bahwa banyak sekali kasus pemerasan data yang dilayangkan ke Meta. Google pun sama, sekarang menjadi raksasa mesin pencari yang pasti kamu gunakan. Data-data kamu bisa saja sudah dikoleksi oleh perusahaan raksasa ini.
Namun bukan hanya perusahaan yang memanfaatkan distraksi atau mencari perhatian kamu. Tetapi para individual juga. Sekarang ini mereka dikenal sebagai influencer atau kreator konten dan aktif dalam membagikan konten di platform terkenal seperti Facebook, Instagram, YouTube, Telegram, TikTok, dll., demi mendapatkan perhatian kamu sehingga kamu terus bisa berinteraksi atau engage di platform tersebut, dan tentu saja meningkatkan pendapatan perusahaan dan individual terkait.
Sekarang, senjata distraksi massal tentu saja menjadi wadah hidup bagi sebagian orang. Ekonomi yang terus-menerus mencari perhatian kamu tentu saja menjadi pionir jalannya roda pertumbuhan ekonomi. Ada orang yang pendapatannya sangat bergantung pada berlangsungnya platform ini. Ada juga orang yang merasa dirugikan karena tidak dapat terfokus, mengurangi produktivitas, membuat orang-orang jadi malas, dan meningkatkan masifnya kebodohan.
Pada sisi baiknya, ekonomi atensi ini telah terbukti meningkatkan perkembangan ekonomi di seluruh dunia. Semakin banyak orang yang melek terhadap teknologi tentu membawakan peran positif dalam menunjang perputaran roda ekonomi. Ekonomi penuh perhatian ini sangat cepat menyebar seperti virus dan masyarakat tidak punya vaksinnya. Artinya, media sosial tidak dapat dihindari dan diganggu gugat. Permasalahannya hanya satu: orang-orang hanya fokus pada satu topik saja, dan tipikal pembicaraan open-minded itu hanya tipuan belaka. Misalnya saja, orang yang tertarik konspirasi dan lain-lain pasti lingkaran komunitasnya ya orang yang di sekitar itu. Kapabilitas orang untuk mengikuti thread lain yang bahasannya berat menurun, tentu menurunkan kecerdasan juga. F. Scott Fitzgerald menjelaskan bahwa intelijensi atau kecerdasan ditentukan berdasarkan kemampuan untuk melibatkan dua pemikiran bertolak belakang secara koheren.
Perang
Sebagaimana Putin yang kalah dalam perang informasi, dia terus-terusan membunuh ratusan warga Ukraina. Invasi Rusia ke Ukraina telah memberikan dampak yang sangat masif, mulai dari sanksi dan embargo pada perusahaan gas dan minyak Rusia membuat banyak negara-negara di Eropa kehabisan stok BBM dan meningkatkan harga bahan pokok serta harga bbm tersebut. Selain itu dampak panjangnya bisa kena ke Indonesia juga, harga minyak dunia melambung tinggi sampai-sampai mau tidak mau Pertamina harus menaikkan harga BBM mengikuti tren kenaikan harga. Selain itu, larangan ekspor impor juga mulai banyak, intinya roda ekonomi akan sangat kacau.
Resesi
Sekarang kita sedang menyaksikan fenomena resesi ekonomi dimana Amerika Serikat mengalami inflasi hingga 8,5 persen, menjadi yang tertinggi selama 40 tahun terakhir. Di sisi lain, AS adalah partner ekonomi utama Indonesia.
Sobat Ribrick harus berhati-hati dalam menyimpan aset, masa-masa inflasi ini akan membuat seluruh ekonomi dunia menjadi turun. Lihat saja pada awal bulan Mei 2022, seluruh emiten teknologi di Amerika Serikat, Eropa, dan Asia turun secara signifikan, ada yang turun hingga 80% secara Year-on-year (YoY). Harga sahamnya merosot tajam, IHSG pun jatuh.
Kita sedang dilanda krisis bahan pangan, krisis perputaran supply chain, pandemi, dan potensi perang. Perspektif harus semakin dibuka dan sadar terhadap ekonomi atensi hingga perang informasi. Senjata distraksi massal membuat banyak orang menjadi bodoh dan kesadaran akan inflasi berkurang.
Sama seperti min Ribrick, saat ini saja ingin menulis endingnya tapi kehilangan fokus 😂