Sebagai salah satu jenis ikan air tawar yang sangat digemari masyarakat, ikan gurami memiliki nilai jual yang begitu menggiurkan bagi siapa saja yang menggelutinya. Sebagai tujuan konsumsi, ikan ini juga merupakan santapan yang sangat populer di kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan. Di samping itu, sejumlah negara juga sering memanfaatkan ikan ini sebagai peliharaan untuk ditempatkan di dalam akuarium.
Berbekal alasan tersebut, Hafiz pun memutuskan untuk turut meramaikan usaha sektor perikanan budidaya gurami di Sumatera Utara (Sumut). Bahkan, langkah itu dilakukannya sejak usianya masih menginjak umur 20 tahun.
Pemuda yang akrab disapa Hafiz ini mengatakan, dengan membudidayakan gurami maka laba yang dapat diraup lebih tinggi ketimbang membudidayakan ikan air tawar jenis lainnya. Seperti ikan lele atau ikan nila yang juga tergolong popular, namun nilai jualnya belum mampu menyaingi ikan gurami.
“Kalau pengalaman saya tentang ikan gurami ini labanya lebih besar ketimbang ikan-ikan yang lainnya. Nilai jualnya lebih tinggi, makanya saya memutuskan untuk menggeluti budidaya ikan gurami,” ungkapnya kepada MedanBisnis pekan lalu di lokasi ternak guraminya, di Gunung Kawi, Gang Nusamat, Binjai Selatan.
Hafiz menjelaskan, pangsa pasar ikan gurami ini memang beragam. Di kota Medan misalnya, ikan ini dapat dihargai berkisar Rp 55.000 perkilogram (kg). Sementara di kota Binjai sendiri, harga ikan ini mencapai Rp 45.000 per kg.
Bandingkan kata Hafiz dengan nilai jual yang bisa diperoleh dari ikan nila yang pangsa pasarnya hanya menghargai sekitar Rp 38.000 per kg. Begitupun ikan lele, yang umumnya dihargai hanya Rp 18.000 per kg. “Jadi secara tidak langsung, membudidayakan ikan gurami ini lebih untung,” sebutnya.
Hafiz mengatakan membudidayakan ikan gurami bukanlah suatu aktivitas yang menyulitkan. Malah, dalam memelihara ikan ini bukan merupakan aktivitas yang tergolong memakan biaya produksi yang mahal.
Biaya produksinya, ujar Hafiz tidak perlu bergantung dari pakan (pelet) saja yang pengadaannya memang membutuhkan biaya besar untuk memperolehnya. Untuk konsumsinya, ikan gurami ini dapat diselang-selingi dengan tanam-tanaman atau sayur-sayuran sehingga jauh lebih murah.
“Lebih ekonomis, soalnya pelet tidak perlu diberikan setiap hari, malah saya memberinya sesekali saja. Saya lebih banyak memberi makan ikan gurami dengan daun talas atau sayuran seperti kangkung. Dan, itu bisa dicari sendiri tanpa perlu mengeluarkan biaya,” jelasnya.
Di samping itu, keuntungan dalam membudidayakan ikan gurami adalah tingkat risiko kegagalannya lebih kecil. Malah peluang keberhasilan usaha yang dapat diraih hingga 100% dari keseluruhan bibit yang dimasukkan ke dalam kolam.
“Berbeda dengan ikan nila atau ikan lele yang tergolong sulit dan mahal.
Malah seperti lele tingkat risiko kegagalannya sangat besar, karena lele mau memakan sesamanya dalam satu kolam (kanibal). Jadi, harus betul-betul diperhatikan dalam budidayanya,” terangnya.
Sementara pada ikan nila sendiri, tambah Hafiz, ikan jenis ini sangat mudah untuk bertelur. Dengannya, maka proses pembesaran dari ikan nila menjadi lebih membutuhkan waktu yang lama dan tidak efisien. “Dengan pengalaman itu maka akhirnya saya pun memutuskan untuk beralih membudidayakan ikan gurami,” tegasnya.
Akan tetapi, Hafiz mengakui di samping memiliki aspek kelebihan yang dimiliki ikan gurami, ikan gurami juga memiliki kelemahan-kelemahan. Ikan gurami merupakan ikan air tawar yang tergolong sensitif, khususnya yang menyangkut soal air di dalam kolamnya.
Hafiz mengatakan suhu air di dalam kolam tidak bisa begitu panas. Selain itu, kadar pH (keasaman) airnya juga sangat perlu sekali diperhatikan supaya budidaya gurami dapat terlaksana dengan baik. Kadar pH air dalam kolam yang dibutuhkan katanya lagi berkisar 5 atau 6. Memang untuk mengatur kadar air itu dapat diatur dengan alat yang memang sudah tersedia.
“Di samping air, gurami terkadang juga sensitif terhadap hama. Namun, kesemuanya itu memang tergantung juga dari kualitas bibit yang digunakan seperti apa, sehingga berpengaruh pada daya tahannya,” ucapnya.
Mengenai usia budidaya, Hafiz mengatakan dalam kurun waktu 6 hingga 8 bulan, gurami sudah dapat dipanen. Tetapi, ada pihak pembudidaya juga yang membesarkan ikan ini hingga satu tahun lamanya.
Pada umur 6 bulan, ikan gurami dapat memiliki bobot tubuh seberat 5 ons. Sementara apabila sudah berumur 12 bulan, ikan ini sudah dapat memiliki bobot tubuh di atas 1 kilogram.
“Memang kalau pun usia produktif ikan gurami ini agak lama, tapi kalau ditimbang-timbang lebih bagus menjadikannya komoditas budidaya perikanan ketimbang yang lain.
Soalnya, kita juga lebih leluasa dalam hal waktu sehingga bisa mengerjakan yang lainnya dalam waktu bersamaan,” jelas Hafiz.