Dalam dunia peretasan ada dua istilah terkait yang berkorespondensi satu sama lain, yaitu sistem peretasan atau penyerangan melalui skema Denial of Service (DoS) Attack dan Distributed Denial of Service (DDoS) Attack, kali ini Min Ribrick akan memberikan sedikit informasi mengenai dunia keamanan siber atau cybersecurity, yuk cek ulasan artikel berikut.
DoS atau Denial of Service adalah serangan yang ditujukan untuk mengacaukan atau menghentikan sebuah layanan. Serangan ini walaupun tidak merusak file dan juga tidak melakukan pencurian data, efeknya bisa sangat merugikan. Bayangkan saja jika kamu mempunyai sebuah toko namun kamu tidak bisa membuka toko tersebut untuk pelanggan kamu, walaupun barang-barang yang ada di dalam toko kamu masih utuh, kamu tetap mengalami kerugian karena tidak bisa berdagang.
Karena sifat dari serangan DoS ini, maka situs yang paling berpengaruh dan akan merugi banyak adalah situs yang melakukan transaksi perbankan dan situs judi online yang bila sampai terhenti operasionalnya, bisa merasakan kerugian yang sangat amat besar apalagi saat ada pertandingan besar seperti piala dunia.
Melakukan serangan DoS dengan satu komputer memang memungkinkan untuk dilakukan namun jenis serangan ini termasuk mudah untuk diantisipasi. Server atau korban yang mengalami serangan tersebut cukup melakukan identifikasi sumber serangan dan melakukan pemblokiran terhadap sumber tersebut. Contoh, bila pemilik server mengetahui serangan berasal dari IP 192.168.1.1, maka pemilih server tinggal melakukan pemblokiran terhadap alamat IP tersebut. Menghadapi pertahanan semacam ini, para hacker tidak kehabisan akan dan akan muncul jenis serangan baru yang dikenal dengan DDoS atau Distributed Denial of Service Attack.
Serangan Distributed DoS (DDoS) pada dasarnya sama dengan serangan DoS yang dilakukan oleh satu sumber namun kini serangan dilakukan dengan banyak komputer secara bersama-sama (bahasa gaulnya main keroyokan). Bila sendiri tidak bisa meruntuhkan server yang ada, mari kita ramai-ramai melakukannya. Bila satu komputer bisa menghabiskan recource 0.001%, maka bagaimana jika ada 100 komputer yang menyerang satu server secara bersamaan? Di dalam dunia underground, jumlah total komputer yang digunakan bisa mencapai jutaan hingga milyaran lebih.
Menghentikan serangan DDoS sangatlah rumit karena pemblokiran tidak bisa dilakukan terhadap satu sumber saja namun harus dilakukan terhadap semua sumber. Akibatnya sumber serangan yang begitu banyak, mengedintifikasi sumber yang membuat masalah justru menjadi sulit dan membuat bingung karena kita tidak bisa membedakan antara koneksi normal dengan koneksi yang menimbulkan kekacauan.
Untuk melancarkan serangan DDoS, hacker mengumpulkan pasukan dengan cara mengambil alih komputer-komputer yang kemudian dijadikan zombie. Komputer yang siap diperintah dan menjalankan setiap perintah yang diberikan. Cara mengambil alih komputer untuk dijadikan zombie ini sangatlah beragam, dari cara manual sampai dengan otomatis dengan menggunakan worm yang bisa mencari korbannya sendiri.
Komputer-komputer zombie ini selajuntya akan tidur sehingga tidak dicurigai pemiliknya namun walaupun tidur, zombie ini siap bangun setiap saat untuk melayani tuannya, sang hacker. Hacker biasanya akan membuat lagi komputer-komputer pengendali zombie yang dinamakan sebagai hancler dimana setiap hancler ini akan mengendalikan sejumlah zombie. Melalui handler ini lah, hacker tinggal memberikan perintah untuk menjalankan serangan DDoS kepada komputer atau server. Seketika, ratusan ribu komputer menjalankan aksinya yang akan membuat komputer atau server kewalahan.
Kurang lebih seperti itulah sistem dari mekanisme peretasan atau hacking DoS dan DDoS. Semoga artikel ini bermanfaat ya sob, jangan lupa untuk selalu follow blog Ribrick untuk update info terbaru mengenai teknologi dan bisnis.