Saat ini kita sedang berada dalam dilema perubahan dinamis yang secara konstan memberikan tantangan untuk bisa bertahan dalam masa sulit seperti pandemi COVID-19. Satu-satunya hal yang kita semua setuju adalah perusahaan atau brand yang dapat berevolusi dengan perkembangan zaman dapat berdiri lebih kokoh dibandingkan dengan mereka yang stuck pada problematika konvensional.
Berangkat dari permasalahan branding yang kerap kali dihadapi oleh para entrepreneurs, min Ribrick ingin bagikan tips agar bisnis dan brand kamu bisa survive di masa-masa dinamis yang penuh dengan tantangan dan perubahan ini.
Pertama, tetapkan batas dan temukan aspek yang dapat dikategorikan sebagai solid dan fluid. Inilah pentingnya fungsi ‘identitas brand’, logo kamu, warna brand, dan brand persona itu harus tetap solid seiring dengan perkembangan zaman, jangan berubah-ubah. Atau setidaknya rebranding itu ga perlu jika dinilai saat ini brand identity kamu sudah bagus. Nah, aspek yang menjadi fluid atau dinamis adalah bagaimana brand atau bisnis kamu berinteraksi dengan orang-orang serta respons kepada perspektif konsumen evolusioner. Selain itu juga, brand kamu harus tetap luwes dan cerdas melihat tren.
Mari kita membahas lebih lanjut dengan tips branding dan tren yang harus kamu perhatikan untuk tahun 2022 dan agar brand atau bisnis kamu menjadi “center” atau pusat dari seluruh kompetitor pada tahun ini.
Mendukung adanya perbedaan
Orang-orang sangat lelah melihat hanya satu representasi humanitarian yang ada di dalam branding entah itu dalam bentuk periklanan maupun konten produk. Kita hidup di dalam dunia dengan ragam ras, warna kulit, kapabilitas, kultur atau budaya, bahasa, dan agama, dan ini adalah salah satu hal yang harus dibanggakan.
Satu-satunya yang bisa kamu lakukan untuk brand kamu mendukung adanya perbedaan adalah dengan mengenalkan konsep “diversity and inclusivity”. Artinya, orang-orang yang ada dalam foto produk atau brand kamu, dan orang-orang dalam periklanan produk mengandung rentang usia yang berbeda, warna kulit berbeda, dan agama yang berbeda. Hal ini dapat tercermin juga pada postingan media sosial dan kampanye iklan berbayar, kamu dapat memberikan emfasis pada praktik bisnis yang inklusif.
Apabila kamu dan bisnis kamu mempunyai tempat retail atau toko offline, pertimbangkan hal agar bagaimana caranya aksesibilitas lebih mudah diperoleh bagi orang-orang dengan disabilitas. Buatlah ruang dengan rambu aksesibilitas, ataupun menggunakan braille bagi orang-orang tunanetra yang ingin memesan misalnya. Dan bisa juga merekrut orang yang dapat menggunakan sign language.
Konsumen kamu akan klepek-klepek nantinya, mereka akan melihat bahwa brand kamu ini dapat merefleksikan kehidupan banyak orang dan tentunya lebih mudah diingat lagi bagi konsumen untuk membeli produk brand kamu. Inilah branding terbaik dan pemasaran yang inklusif terhadap digitalisasi.
Buat komunitas online untuk orang yang tertarik terhadap brand kamu
Walaupun pada tahun 2010, orang-orang sangat memprioritaskan platform media sosial yang terbuka untuk semuanya, pada tahun 2020an ke atas, kita melihat tren ini lebih mengarah pada komunitas tertarget bagi orang-orang dengan minat dan tujuan yang sama.
Grup online di media sosial Facebook misalnya, saat ini ramai orang lebih senang untuk berinteraksi dengan grup orang-orang sebaya. Kenaikan anggota grup yang semakin signifikan sejak tahun 2020an tentu saja menjadi salah satu alasan kenapa kamu harus buat komunitas online untuk mengumpulkan audiens tertarget dengan potensi menghasilkan penjualan untuk brand kamu.
Terkadang, cara terbaik untuk membuat komunitas dalam sebuah bisnis adalah dengan berhenti berpikir bahwa konsumen kamu itu adalah konsumen. Malahan kamu harus berpikir bahwa mereka adalah teman. Perspektif ini dapat mengubah approach atau cara kamu untuk berkenalan terhadap segmentasi audiens kamu. Dari perspektif ini juga, konten yang kamu bagikan akan berubah, dan cara kamu berbicara kepada mereka juga akan berubah.
Konten yang didasarkan pada pilar community-driven akan meningkatkan pengalaman interaktif antara brand kamu dengan audiens. Tentu saja, kamu harus tanya agar mendapatkan engagement, mulailah percakapan dalam sebuah postingan.
Tetap terhubung dan cerdas melihat tren desain
Setiap 5 tahun sekali, kita melihat perubahan masif pada tren di desain grafis. Hal ini sangat berhubungan dan memiliki dampak besar pada strategi branding kamu di media sosial, visual marketing, dan juga tren desain website secara keseluruhan.
Walaupun logo kamu dan identitas brand harus tetap sama seiring dengan berjalannya tahun (kecuali kamu bosan dan pengen udara segar), materi marketing seperti koran, kartu bisnis, fotografi produk, postingan media sosial, packaking, dan kampanye iklan harus berevolusi dengan tren desain terbaru.
Hal ini tentu saja disinyalir oleh konsumen potensial kamu sebagai brand yang sangat up to date terhadap desain dan perkembangan zaman. Brand yang sangat konvensional dan tidak ingin melakukan perubahan pada zaman yang dinamis ini memang sudah sewajarnya produk ditaruh di rak saja. Sangat sulit dipercaya dan tidak menarik perhatian.
Gunakan user-generated-content (UGC)
UGC atau konten yang berasal dari pengguna, bukan brand, adalah salah satu metode efektif branding dan pemasaran agar lebih dikenal oleh masyarakat luas. Berdasarkan survei AdWeek, 76% orang mengatakan bahwa mereka memercayai konten yang dibagikan oleh “rata-rata” orang dibandingkan dengan brand yang setiap kontennya hanya ditujukan untuk marketing dan tidak terhubung kepada audiensnya.
Secara esensial, UGC juga bisa dijadikan patokan sebagai testimoni konsumen, dengan mengatakan bahwa betapa senangnya mereka menggunakan produk atau jasa dari bisnis kamu. Perusahaan-perusahaan besar saat ini mengadopsi tren ini dengan menggunakan #hashtag agar orang lain bisa membagikan hal serupa.
Misalnya saja, dalam campaign postingan kamu mempromosikan dan memfokuskan target audiens untuk menggunakan tagar #belirumah dan orang-orang lain atau pengguna menggunakan tagar ini juga bisa jadi cara untuk melesatkan brand awareness bisnis kamu.
Fokus pada hal-hal yang sustainable dan ramah lingkungan
Pada kenyataannya, kita semua dapat memposisikan diri sebagai konsumen dan juga sebagai teman. Apa yang dapat kita lihat sekarang ini? Tentu saja, kekacauan dunia akibat perubahan iklim yang kian hari semakin masif. Bahkan perubahannya tidak hanya dirasakan bagi “orang-orang biasa” tetapi “orang kaya” pun ikut merasakannya.
Dewasa ini, semakin banyak perusahaan besar mengaplikasikan produk atau brand yang ramah lingkungan, misalnya saja Apple dan Xiaomi yang kini membuat packaging produk ponsel pintar mereka lebih ringkas dan tanpa plastik yang non-degradable. Tentu saja langkah ini mendapatkan pujian dari banyak kalangan.
Tetapi, jangan terlalu greenwashing juga, artinya kamu sangat menggemborkan produk kamu ramah lingkungan eh ternyata malah klaim tersebut dinilai palsu oleh pakar ahli. Fokus pada kejujuran dan buat bagaimana caranya produk kamu dipercaya dengan mengedepankan ramah lingkungan.